Rabu, 11 Februari 2009

Bab 35 - Memilih investasi terbaik

Bab 35
Memilih investasi terbaik
Oleh Taslim

Dear all,
Saya ingin membagi sedikit pengalaman yang kelihatannya masih ada kaitan dengan cara invesatasi yang baik. Namun jangan menggunakan rumus investasi yang berlaku umum (Deposito, tabungan, saham, assuransi dsb), jenis investasi ini agak spesifik.
Saya punya 2 keluarga dekat (keluarga dari isteri) yang beberapa (sekitar 10 - 15 tahunan) yang lalu kedua keluarga itu saya kira memiliki kondisi sosial - ekonomi yang hampir sama. Kedua orang tuanya adalah sarjana dan bekerja sebagai pegawai negeri, yang satunya di Dep. P&K (Om A) dan satunya lagi di Dep. Keuangan (Om B), dua-duanya bekerja dan berkantor di Jakarta sampai keduanya penisun sekitar 5 tahun yang lalu. Om B memiliki 3 orang anak yang semuanya laki-laki sedangkan om B memiliki 4 orang anak 2 laki-laki dan 2 perempuan. Saat anak-anak mereka memasuki jenjang pendidikan lebih tinggi mereka berdua juga dihadapkan pada hal yang sama, harus memasukan anak-anaknya ke Perguruan tinggi swasta, karena tidak diterima di PT Negeri.
Sekarang kita masuk ke titik pembelajarannya, Om B lebih memprioritaskan pendidikan anak-anaknya dibanding memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumtif lainnya, salah satu contoh, mobil yang dimiliki pada waktu itu bisa dibilang mobil omprengan (Hijet 1000 bekas), namun anak-anaknya karena tidak bisa masuk ke PT Negeri, diusahan masuk ke PT Swasta yang berkualitas kendatipun biayanya sangat tinggi dari ukuran seorang pegawai negeri (ketiga anaknya dimasukan di Trisakti - maaf tanpa melihat idiologinya). Sementara Om A lebih memilih kehidupan konsumtif dan menyenangkan anak-anaknya dari pada memberi pendidikan yang berkualitas, mungkin beliau beranggapan bahwa beliau bisa menjamin dan mencukupi kehidupan materi anak-anaknya kelak. Anak-anaknya dimasukan ke PT Swasta yang kurang berkualitas dan tentu biayanya juga relatif murah (Nama PTnya tidak perlu disebutukan), namun pada kondisi lain anak-anaknya sudah bisa membawa mobil baru ke kampusnya yang pada waktu itu sudah tergolong mewah (Toyota New Corolla).
Sekarang anak-anak Om B sudah bekerja di perusahaan-perusahaan Besar. Yang tertua dengan umur yang masih sangat mudah, sekarang ini bekerja di sebuah perusahaan Multi Nasional di Malaysia dengan gaji perbulan sekitar 50 jutaan dan sudah ditawar oleh sebuah perusahaan dari Emirat Arab dengan gaji 2x lipat. Om B sendiri dengan isterinya dengan uang pensiun yang ada dan dengan keberhasilan putera-puteranya tinggal menikmati masa pensiunnya dengan jalan-jalan. Umrah tiap tahun (tanpa kita melihat besar manfaat umrah berkali-kali dibanding menyumbangkan uangnya untuk fakir miskin). Sunggu masa pensiun yang indah.
Bagaimana dengan kondisi kehidupan Om A dan anak-anaknya sekarang ini, sunggu menyedihkan, yang tertua belum memiliki pekerjaan dan masih numpang dengan anak dan isterinya dan mengandalkan bantuan orang tuanya dari gaji pensiun yang kecil dan simpanan lainnya yang sudah menipis dan habis. Tentu masa pensiun yang tidak indah yang tidak pernah diantisipasi dan terbayangkan sebelumnya.
Tanpa berniat untuk merendahkan dan meninggikan, pengalaman ini saya sharing ke rekan-rekan untuk kita sama-sama mengambil pelajaran, karena ini real terjadi dan nyata serta orangnya sendiri masih ada di Jakarta sekarang ini. Dan juga bisa memberi pembelajaran bahwa salah satu bentuk investasi yang terbaik adalah memiliki anak yang sholeh (baik) dan yang lebih penting lagi, investasi untuk kehidupan yang lebih kekal nanti. Semoga ada manfaatnya, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar