Sabtu, 17 Januari 2009

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Tedy Ramadanus dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 7 Oktober 1973 bertepatan dengan tanggal 10 Ramadan. Tedy diasuh oleh kedua orang tuanya yaitu H. Djausi Datuk Maharajo Dirajo dan Hj. Ramlah di sebuah rumah di jalan H. Mahmud 2 No. 8 RT.11 RW.08 Pancoran Jakarta Selatan, tepatnya di kompleks Departemen Perindustrian. Pada tahun 1990 keluarga ini pindah ke Cijantung, tepatnya di jalan Pondok Baru V no. 10 RT.08 RW.11 ketika Tedy bersekolah kelas 2 SMA negeri 8 Jakarta.

Tedy kecil pernah bersekolah di :
TK Tunas Harapan , Kompleks Perindustrian, Perdatam, Jakarta Selatan (1978-1979)
SD Negeri 03 Pagi, Pancoran, Jakarta Selatan (1980-1986)
SMP Negeri 115, Tebet, Jakarta Selatan (1986-1989)
SMA Negeri 8, Bukit Duri, Jakarta Selatan (1989-1992)
Universitas Indonesia, Fakultas Teknik, Jurusan Elektro, Program studi Sistem Kontrol dan Elektronika (1992-1996)

Tedy pernah bekerja di :
PT Kotobuki Elektronik Indonesia, Cibitung, Bekasi (1997)
PT Sony Electronic Indonesia, Cibitung, Bekasi (1997)
PT Semen Cibinong, Tbk, Jakarta (1997 – 2002)
PT Holcim Indonesia, Tbk, Jakarta sampai dengan sekarang

Tedy menikahi Lisma Ermi (Een) di desa Balimbing, Kecamatan Rambatan, Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat pada tanggal 25 Desember 2000 (27 Ramadan).
Dari pernikahan tersebut lahirlah putera-puteri yang lucu dan sholeh yaitu :
Hafshah Hafi Ma’rifah – 22 Desember 2001
Abdurrahman Hilmy – 8 Agustus 2003
Abdurrahman Hanif – 9 Februari 2006
Salma Karimah – 24 Maret 2007

Tedy selain bekerja di departemen IT – PT Holcim Indonesia, Tbk, juga aktif berorganisasi di antaranya :
Serikat Pekerja Holcim Indonesia (SPHI), dahulu Serikat Pekerja Semen Cibinong (SPSC)
Majelis Taklim Al Banna Kantor Jakarta PTHI
Keluarga Muslim Menara Jamsostek (KMMJ)
Yayasan Inti Sejahtera Jakarta (YIS)
Ikatan Keluarga Minang Cijantung dan sekitarnya (IKMCS),
Kerukunan Keluarga Kanagarian Balimbing Jakarta Raya (K3BJAYA), dan
Bendahara RT

Penulis bercita-cita bisa terus menerbitkan buku yang bisa menambah keimanan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Mohon do’a restunya.

Persembahan

TEDY RAMADANUS

Mempersembahkan

Buku Tahunan 2008

untuk

Istriku tersayang Lisma Ermi

dan anak-anakku terkasih

Hafshah Hafi Ma’rifah
Abdurrahman Hilmy
Abdurrahman Hanif
Salma Karimah


di hari ulang tahun pernikahan yang ke-
8
25 DESEMBER 2008

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirraahiim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu
Sesungguhnya Puja dan Puji itu hanya milik Allah. KepadaNyalah kita memuji, kepadaNyalah kita minta pertolongan, dan hanya kepadaNyalah kita memohon ampunanNya. Kita mohon kepadaNya agar segala dosa dan khilaf kita diampuni oleh Allah. Barang siapa yang telah diberi hidayahNya, maka semua manusia tidak akan bisa menghalanginya, dan barang siapa yang tidak diberi hidayahNya, maka tidak ada satupun manusia yang bisa memaksakannya.
Saya bersaksi bahwa tidak Ilah yang berhak disembah selain Allah.
Dan saya bersaksi bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Rasul Allah.
Salawat dan salam semoga dicurahkan Allah kepada Baginda Nabi Muhammad saw, keluarga beliau, sahabat beliau, serta pengikut beliau yang menjaga sunnahnya hingga hari kiamat.

Buku ini dibuat dan dicetak di penghujung tahun 1429 H dan 2008 M.
Ide penerbitan buku ini lahir di bulan yang penuh berkah, Ramadan 1429H, dan semakin menguat ketika hari-hari 1429 H mendekati ujungnya, terlebih ketika Penulis menghadiri Reuni Ulang Tahun Emas SMANDEL (SMA Negeri 8 Jakarta), termotivasi akan adanya Buku Tahunan SMANDEL. Oleh karena itu Penulis bercita-cita membuat Buku Tahunan setiap tahunnya. Insya Allah.

Adapun isi Buku Tahunan ini adalah kumpulan email-email hikmah, pesan-pesan moral, ceramah, kejadian luar biasa yang penulis posting ke beberapa teman selama tahun 2008.
Mudah-mudahan isi buku ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Tak ada gading yang tak retak. Apabila ada tulisan dan kata-kata yang kurang berkenan dan tak pantas., saya mohon bisa dimaafkan. Kritik dan saran silahkan ditujukan kepada penulis di nomor telpon 081513726879 atau email tramadanus@yahoo.com.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah mendukung terbitnya Buku Tahunan 2008 ini, terutama para nara sumber.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.

Kalisari, 25 Desember 2008


PENULIS
TEDY RAMADANUS, ST

Rabu, 14 Januari 2009

Bab 27. Jadilah lautan

Bab 27
Jadilah lautan


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? ” sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum.
Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, ” jawab sang murid muda. Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.
“Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.” Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin. “Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. “Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke telaga di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke telaga.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke telaga, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru, begitu pikirnya.
“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir telaga. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air telaga, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air telaga yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

Tentu saja, telaga ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air telaga ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. “Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru “Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air telaga sampai puas.

“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.” Si murid terdiam, mendengarkan. “Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu menjadi seluas telaga agar kau bisa menikmati hidup”

Bab 26. Ini dia, Enam Makanan Anti Kanker Payudara...!

Bab 26
Ini dia, Enam Makanan Anti Kanker Payudara...!
Tanggal: Wednesday, 30 May 2007
Topik: Pesan

Kanker payudara? Siapa pun pasti ingin menghindarinya. Beberapa penelitian terakhir, menyebutkan ada enam jenis makanan yang dapat mencegah timbulnya penyakit yang menakutkan kaum wanita tersebut. Simaklah, apakah ke enam jenis makanan tersebut sudah terdapat dalam daftar belanjaan atau tidak.

1. Gandum

Dalam hal ini Anda dapat mengkonsumsi gandum yang berbentuk sereal dengan segelas susu setiap pagi. Setiap 1/2 gelas gandum setara dengan 10 gr dari kebutuhan serat yang digunakan untuk menurunkan tingkat estrogen dalam tubuh. Para ahli berpendapat bahwa tingkat estrogen yang tinggi dalam tubuh akan semakin merangsang pertumbuhan kanker payudara.

2. Ikan Salmon dan Tuna

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UCLA, Amerika Serikat, ditemukan bahwa para wanita yang tinggal di daerah dekat sungai dan mengkonsumsi ikan tuna dan salmon setiap hari, ternyata tingkat risikoterkena kanker payudaranya sangat kecil. Diduga karena adanya kandungan zat omega-3 yang terdapat dalam ikan tersebut.

3. Wortel dan Bayam

Wanita yang tidak pernah mengkonsumsi wortel dan bayam, juga berisiko terkena kanker payudara dua kali lebih besar, dibanding mereka yang sering mengkonsumsi kedua jenis sayuran itu.

4.Yoghurt

Pada suatu penelitian yang menggunakan yoghurt sebagai medium,diungkapkan ternyata yoghurt dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara, terutama dalam jumlah yang cukup banyak.

5. Susu Kedelai

Diperoleh fakta bahwa salah satu zat yang terkandung di dalam susu kedelai murni ternyata dapat menurunkan risiko terkena kanker payudara sebesar 28% dibandingkan dengan yang terdapat pada kacang kedelai olahan.

6. Jus Jeruk

Masih dalam proses penelitian yang dilakukan di Universitas Western Ontario, Canada, pada hewan percobaan, disebutkan bahwa jus jeruk bisa memperlambat pertumbuhan sel kanker payudara sampai 50%.

Bab 25.Sehari Bersama Ketua MPR Hidayat Nur Wahid

Bab 25
Sehari Bersama Ketua MPR Hidayat Nur Wahid

Ia menyemir sepatu sendiri.

Ia memulai hari dengan bersujud. Bersarung cokelat kotak-kotak, baju
koko putih, dan peci hitam, Hidayat Nur Wahid, 48 tahun, ditemani
putra bungsunya, Hubaib Shidiq, 9 tahun, keluar dari kamar tidur
menuju musala di samping kanan rumah dinasnya. Di musala berukuran 3
x 6 meter itu telah menunggu dua staf pribadi Hidayat yang juga akan
salat subuh bersama, pukul 04.45 WIB Rabu lalu.

Pukul 05.10, seusai salat subuh, Hidayat dan Hubaib beranjak ke
lantai 2 rumahnya. Di bangunan utama rumah dinas Ketua Majelis
Permusyawaratan Rakyat itu terdapat satu kamar tidur utama dan dua
kamar tidur anak. Di depan ketiga kamar itu ada ruang berukuran 3 x 4
meter untuk ruang keluarga. Selama 15 menit Hidayat dan Hubaib
melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran di situ.

Sejak Kastian Indriawati, 45 tahun, istrinya, meninggal pada 22
Januari lalu, Hidayat menjadi orang tua tunggal bagi Inayah Dzil
Izzati (kelas V Pesantren Gontor), Ruzaina (kelas III SMP Pesantren
Anyer, Banten), AllaĆ¢ 'Khoiri (kelas I Pesantren Gontor), dan Hubaib
Shidiq (kelas IV sekolah dasar di Pondok Gede, Bekasi). Di tengah
kesibukannya sebagai Ketua MPR, guru, dan anggota Majelis Syuro
Partai Keadilan Sejahtera, Hidayat berusaha menyempatkan diri
menyiapkan keperluan sekolah Hubaib, satu-satunya anak yang tinggal
bersamanya.

Pukul 05.55, Hidayat melepas Hubaib ke sekolah, diantar sopir
keluarga mengendarai mobil pribadi Innova warna hitam. Sejak istrinya
tiada, Hidayat ingin selalu melepas, nguntapke, Hubaib berangkat
sekolah.

Pukul 06.00, berkaus putih, celana olahraga panjang hitam, dan sepatu
putih, Hidayat menuju lapangan bulu tangkis yang jaraknya sekitar 200
meter dari rumah dinasnya menggunakan mobil pribadi Toyota Kijang LGX
warna biru. Bersama staf pribadinya dan beberapa staf pribadi menteri
di kompleks Widya Candra, pagi itu Hidayat main empat set langsung
dengan dua kali istirahat masing-masing lima menit.

Hidayat selalu bermain cantik di tiap set. Smash dan permainan net
menunjukkan kepiawaiannya bermain tepok bulu. Walhasil, pria
kelahiran Klaten ini selalu memenangi pertandingan.

Bulu tangkis adalah hobinya selain sepak bola. Minimal tiap Selasa
dan Rabu dia selalu menyempatkan diri memukul shuttle cock. Dia suka
badminton sejak remaja. Di samping rumah orang tuanya di Kadipaten
Lor RT 03 RW 08, Kebondalem Kidul, Prambanan, Klaten, ada lapangan
badminton yang biasa dipakai keluarga dan warga sekitarnya.

Kebiasaan itu diteruskan Hidayat saat 13 tahun belajar di Madinah,
Arab Saudi. Bersama teman-teman pelajar dari Indonesia dia membuat
lapangan bulu tangkis di samping kontrakan.

Pukul 07.50, Hidayat menyudahi badminton. Menenteng tas raket, ia
berjalan kaki menuju rumah dinasnya. Sesampai di rumah, Hidayat
meminta izin kepada Tempo membersihkan diri dan bersiap-siap
berangkat ke kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera di
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Dua puluh lima menit kemudian Hidayat ke lantai 2 menuju meja makan
yang letaknya di bawah kamar tidur utama. Ruang makan menyatu dengan
ruang keluarga, bersebelahan dengan ruang tamu dan ruang rapat.

Seperti di ruangan lainnya, di ruangan seukuran lapangan bulu tangkis
ini tidak ada aksesori yang tergolong mewah. Hanya ada televisi 21
inci dan akuarium berukuran 1 x 0,5 meter yang dihuni seekor ikan
arwana. Di dinding tergantung satu lukisan bunga, foto Hidayat
bersama para pemimpin MPR, serta foto-foto mendiang istrinya.

Menu sarapan kali itu nasi uduk, kering tempe, ayam dan telur goreng,
sambal, dan kerupuk. Buahnya jeruk dan lengkeng, minumannya jus jambu
dan air mineral. Tapi Hidayat hanya mengambil kering tempe, ayam
goreng, sambal, dan kerupuk sebagai teman nasi uduk.

Hidayat agaknya penggemar kerupuk. Sekali makan, lebih dari tiga kali
ia merogoh kaleng krupuk dari plastik itu. Ia mengaku tidak punya
pantangan jenis makanan tertentu. Tapi masakan tradisional Jawa,
seperti pecel, botok, sambal goreng, sayur lodeh, dan tentu saja
kerupuk, paling ia gemari.

Untuk bekerja hari itu Hidayat memilih kemeja batik lengan panjang
biru dengan motif kawung putih dan celana hitam. Hidayat jarang
mengenakan jas. Dia lebih sering mengenakan batik, kecuali untuk
acara kenegaraan yang mewajibkan jas.

Hidayat mengaku tak punya merek pakaian favorit. Istrinyalah yang
biasanya menyediakan pakaiannya. Batik yang ia kenakan hari itu,
misalnya, bahannya dibelikan Kastian dan dijahit di Pondok Gede,
dekat rumah pribadinya.

Mendiang Kastian pula yang membelikan jam tangan Tissot yang
dikenakan Hidayat, juga telepon seluler Nokia--bukan Communicator.
Kastian membelikannya saat berhaji, beberapa hari sebelum
meninggal. "Ini kenang-kenangan terakhir almarhumah (istri saya)."

Pukul 09.10, Hidayat bersiap ke kantor PKS.

Tanpa istrinya, kini Hidayat menyiapkan sendiri semua keperluannya.
Memilih baju dan celana sampai menyemir sepatu. Sepatu yang
dikenakannya hari itu sepatu Bata hitam yang terletak di samping
tangga menuju lantai 2. Sepatu itu sudah tak mengkilap sehingga
Hidayat perlu menyemirnya dulu. Ia tidak banyak memiliki koleksi
sepatu atau sandal.

Setelah bersepatu, Hidayat memeriksa semua lampu ruangan. Lampu yang
tidak dipakai dimatikannya.

Pukul 09.25, Hidayat masuk ke mobil Toyota Kijang LGX warna biru
menuju kantor DPP PKS. Rencananya, pukul 10.00 akan ada deklarasi
pencalonan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Karena untuk
kepentingan partai, Hidayat tak menggunakan Camry, mobil dinas Ketua
MPR. Hidayat duduk di kursi belakang. Di depan ada sopir dan
ajudannya.

Meski pejabat negara, Hidayat jarang dikawal dan kerap bepergian
tanpa voorrijder. Ia merasa aman dan nyaman tanpa mereka karena
merasa tak punya musuh, sehingga tidak khawatir keamanannya terancam.

Tapi, tanpa voorrijder, ditambah lalu lintas yang kerap macet,
perjalanannya jadi lebih lama. Dari Widya Candra menuju Mampang
Prapatan pagi itu perlu 30 menit. Di perjalanan, Hidayat sempat
menunjukkan tukang potong rambut langganannya. Letaknya di deretan
warung Padang dan warung Tegal di pinggir Jalan Mampang Prapatan
Raya. Sebulan sekali dia potong rambut di situ. "Ongkosnya Rp 9.000
sekali cukur."

Pukul 10.00, Hidayat tiba di kantor PKS. Deklarasi ditunda karena
Presiden PKS Tifatul Sembiring dipastikan datang pukul 10.30. Di situ
Hidayat bertemu dengan Ketua Majelis Syura Hilmi Aminuddin, Ketua
Dewan Syariah Surahman, serta pengurus PKS Jawa Barat.

Hidayat belum pernah belajar politik secara formal. Tapi ia lahir
dari keluarga aktivis. Kakeknya tokoh Muhammadiyah dan Masyumi di
Prambanan, Jawa Tengah. Ibunya aktivis Aisyiyah--organisasi perempuan
Muhammadiyah. Dan ayahnya, meski berlatar belakang Nahdlatul Ulama,
menjadi pengurus Muhammadiyah. Kastian juga penggiat Ikatan Pelajar
Muhammadiyah.

Hidayat menimba ilmu berorganisasi di Perhimpunan Pelajar Indonesia
(PPI) cabang Madinah. PPI Madinah adalah salah satu organisasi yang
menolak penerapan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi organisasi
di masa Orde Baru. Beberapa kali petugas kedutaan dan menteri kabinet
Soeharto membujuk agar PPI Madinah mengakui Pancasila sebagai satu-
satunya asas organisasi, tapi tak mempan.

Hidayat kembali ke Indonesia pada 1993 dan mengajar di Institut Agama
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang. Ketika
reformasi bergulir, bersama-sama aktivis muslim ia mendirikan Partai
Keadilan. Kini, setelah berganti menjadi Partai Keadilan Sejahtera,
partai yang semula hanya menerima anggota dari kalangan Islam itu
mulai membuka diri untuk nonmuslim.

Tapi rekrutmen partainya, kata Hidayat, tetap taat pada jenjang
pengkaderan. Untuk menentukan calon di parlemen, PKS akan melihat
siapa yang akan diwakili calon itu. Jika penduduk yang akan diwakili
mayoritas selain Islam, wakilnya bisa saja dari nonmuslim juga.
Hidayat hanya 20 menit berada di kantor PKS. Ia buru-buru menuju
gedung MPR/DPR untuk menerima delegasi dari PPI.

Pukul 11.00, Hidayat tiba di gedung MPR/DPR. Tapi tamu yang
ditunggunya dari PPI batal datang. Hidayat meneruskan pekerjaan
dengan memeriksa beberapa dokumen dan menekennya.

Pukul 13.00, Hidayat menerima delegasi dari Pacific Countries Social
and Economic Solidarity Association Turki. Mereka mencari cara
mempererat hubungan Indonesia dengan Turki.

Pukul 14.00, Hidayat menerima kunjungan rombongan Presiden National
Endowment for Democracy Carl Gersham. Carl meminta Indonesia sebagai
salah satu negara demokrasi menularkan pengalamannya ke negara-negara
di Timur Tengah. Hidayat menolak. Alasannya, "Rusaknya demokrasi di
Timur Tengah karena sikap politik Amerika Serikat yang berstandar
ganda."

Ia mencontohkan pemilu di Palestina. Khalayak, kata Hidayat, tahu
pemilu Palestina sangat demokratis. Tapi karena rayuan Israel, negara-
negara Barat termasuk Amerika tidak mengakui hasil pemilu itu.
Menurut dia, Timur Tengah akan demokratis jika Amerika
demokratis. "Jadi jangan Indonesia diminta mengajarkan demokrasi ke
Timur Tengah. Mereka (Timur Tengah) melihat perilaku Amerika
sendiri."

Meski banyak menerima tamu, Hidayat selalu tepat waktu untuk salat.
Begitu azan berkumandang, dia bergegas berwudu. Pukul 15.25, Hidayat
salat asar. Di ruangannya tersedia perlengkapan salat, termasuk peci
yang bagian atasnya sedikit robek.

Pukul 15.40, Hidayat bersiap-siap kembali ke rumah dinasnya karena
pukul 16.30 ia akan menerima Hanung Bramantyo, sutradara film Ayat-
ayat Cinta yang lagi populer.

Pukul 15.45, Hidayat memasuki Camry, mobil dinasnya. Kali ini memang
untuk kepentingan tugasnya sebagai Ketua MPR. Tapi tetap tanpa
voorrijder. Hidayat jarang dikawal voorrijder kecuali kalau ada acara
yang mendesak segera didatangi, tak boleh telat, dan lalu lintas
macet.

Untuk acara yang bisa diatur jadwalnya dan tidak mendadak, dia pergi
tanpa voorrijder. "Semua tergantung bagaimana kita mengatur waktu
saja." Mobil Camry dengan pelat bernomor RI-5 itu pun mengarungi
samudra kemacetan bersama mobil-mobil lainnya di Jalan Gatot Subroto,
Jakarta Selatan.

Pukul 16.25, Hidayat sampai di rumah dinasnya. Sepuluh menit
berselang, tamu yang ditunggu, Hanung, datang. Hidayat menyambut
Hanung di ruang tamu, mengenakan baju putih bermotif kotak-kotak
pendek dan celana hitam. Hanung meminta pendapat Hidayat tentang film
Ayat-ayat Cinta sekaligus saran untuk film Ahmad Dahlan--pendiri
Muhammadiyah--yang akan dibikinnya.

Meski hanya tiga kali menonton film seumur hidupnya, Hidayat
mengkritik beberapa lafal bahasa Arab dalam adegan Ayat-ayat Cinta
yang grammar-nya tidak benar. Lokasi shooting yang tidak sesuai
dengan kondisi Mesir dikritik. Hidayat juga mempertanyakan mengapa
Hanung menonjolkan sisi poligami dalam film itu, padahal dalam
novelnya tidak.

Soal rencana membuat film Ahmad Dahlan, Hidayat menyarankan agar
dalam film itu juga disinggung soal K.H. Hasyim Ashari, pendiri
Nahdlatul Ulama. Menurut Hidayat, keduanya teman yang akrab dan satu
guru saat menempuh pendidikan di Madinah.

Kiai Hasyim dan Ahmad Dahlan, kata Hidayat, satu kapal dalam
perjalanan dari Pulau Jawa ke Arab Saudi. Meski berbeda pandangan
tentang beberapa hal soal khilafiah, mereka berdua saling menghargai.
Hidayat menerima Hanung selama dua jam, hingga pukul 18.35.

Pukul 18.45, Hidayat berangkat ke Warung Buncit untuk memenuhi
undangan peringatan Maulid Nabi di Pesantren Assalafi Daarul Islah,
Jalan Buncit Raya. Kali ini dia mengenakan baju koko putih dan celana
hitam. Untuk keperluan ini dia menggunakan mobil pribadi Toyota
Kijang LGX biru, tanpa pengawal dan voorrijder.

Akibatnya, dia terjebak kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Mampang,
dan Buncit Raya. Sejam lebih bertarung dengan kemacetan, Hidayat tiba
di lokasi pukul 20.05. Di acara itu Hidayat sempat berceramah selama
30 menit.

Pukul 21.35, Hidayat kembali ke rumah dinasnya. Perjalanan lancar
karena sudah malam. Dua puluh menit kemudian Hidayat sampai di rumah
dinasnya. Sebelum tidur pada 23.00, Hidayat membaca semua surat yang
masuk dan menutup hari dengan membaca Al-Quran. ERWIN DARIYANTO

Sumber: Koran Tempo

Bab 24. Hikmah Isra’ Mi’raj

Bab 24
Hikmah Isra’ Mi’raj

dakwatuna.com - “Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya[847] agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” Al-Isra: 1

“Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang Telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang Telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang Telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.” An-najm: 10-16

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Tidak terasa bahwa kita sudah berada di bulan Rajab yang mulia, berarti beberapa bulan ke depan kita akan bersua kembali dengan bulan yang penuh berkah, Ramadhan Al-Mubarak. Di mulai dari bulan Rajab inilah Rasulullah mempersiapkan diri dan keluarganya untuk menyambut kedatangan tamu agung Ramadhan dengan berbagai persiapan istimewa demi menggapai kesempurnaan dan kebaikan Allah swt. yang berlimpah ruah. Dengan berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikanlah kami berjumpa dengan bulan Ramadhan.”

Salah satu peristiwa besar yang hanya terjadi sekali seumur kehidupan manusia adalah peristiwa isra dan mi’raj Rasulullah saw. Isra’ berarti perjalanan Rasulullah di malam hari dari Masjdil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsha di Palestina. Sedangkan mi’raj berarti dinaikannya Rasulullah menghadap Allah di sidratil muntaha.

Peristiwa yang maha agung ini menunjukkan keagungan Rasul yang terpilih untuk menjadi subjek dalam peristiwa ini. Dalam beberapa riwayat, Rasuullah bahkan menjadi imam sholat bagi seluruh para nabi sebelumnya. Keagungan Rasul ini tentu menjadi kebanggaan dan kebahagian kita selaku umatnya dengan tetap mempertahankan dan memelihara kemuliaan tersebut dalam kehidupan kita. Jika tidak, maka berarti kita telah mengotori kemuliaan tersebut. Apalagi dengan sengaja menyalahi aturan dan sunnahnya. Na’udzu biLlah.

Peristiwa isra’ dan mi’raj diabadikan oleh Al-Qur’an dalam surah yang dinamakan dengan peristiwa tersebut, yaitu surah Al-Isra’. Bahkan peristiwa inilah yang mengawali surah ini. Simaklah firman Allah swt.:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Isra’: 1).

Dalam riwayat Imam Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah senantiasa membaca surah ini bersama surah Az-Zumar pada malam hari.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sudut pandang tentang isra’ dan mi’raj memang bisa beragam; dari kacamata akidah, isra mi’raj mengajarkan tentang kekuasaan Allah swt. yang tidak terhingga.

Dari sudut pandang sains, mengajarkan bagaimana dunia keilmuan masih menyisakan teori ilmiah yang belum terkuak. Benarkan pernyataan tulus para malaikat Allah swt: “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (2:32).

Dari sudut pandang moralitas, peristiwa ini mengajarkan bagaimana adab dan akhlak seorang hamba kepada Khaliqnya. Sungguh beragamnya sudut pandang ini menunjukkan keagungan peristiwa yang hanya sekali terjadi sepanjang kehidupan manusia, dan hanya terjadi kepada seorang insan pilihan, Rasulullah saw.

Sayyid Quthb menafsirkan ayat pertama dari surah Al-Isra ini dengan menyebutkan bahwa ungkapan tasbih yang mengawali peristiwa ini menujukkan keagungannya, karena tasbih diucapkan manakala menyaksikan atau melihat sesuatu yang luar bisa yang hanya mampu dilakukan oleh Dzat yang Maha Kuasa. Sedangkan lafadz “bi’abdihi” adalah untuk mengingatkan status manusia (Rasulullah) dengan anugerahnya yang bisa mencapai maqam tertinggi sidratul muntaha, agar ia tetap sadar akan kedudukanya sebagai manusia meskipun dengan penghargaan dan kedudukan yang tertinggi sekalipun yang tidak akan pernah dicapai oleh seluruh manusia sampai hari kiamat.

Allah swt. memilih perjalanan isra’ dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha adalah karena ada ikatan ideologis yang sangat erat; antara akidah Nabi Ibrahim dengan Nabi Muhammad saw. Disamping ikatan kemasjidan antara Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha dalam konteks keutamaannya. Rasulullah mengingatkan:

“Tidak dianjurkan mengadakan perjalanan kecuali menuju tiga masjid; Masjid Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjid Aqsha di Palestina.” (Bukhari).

Ini juga untuk mengingatkan umat Islam semua bahwa hubungan ideologis antara seluruh umat Islam dengan Palestina tidak boleh padam dan harus terus diperjuangkan.

Sumber : Ibnu Jarir - www.dakwatuna.com

Bab 23. Tuhan 9 cm

Bab 23
Tuhan 9 cm
Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok,di pabrik pekerja merokok,di kantor pegawai merokok,di kabinet menteri merokok,di reses parlemen anggota DPR merokok,di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,hansip-bintara- perwira nongkrong merokok,di perkebunan pemetik buah kopi merokok,di perahu nelayan penjaring ikan merokok,di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’im
sangat ramah bagi perokok,tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orangyang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,di ruang kepala sekolah ada guru merokok,di kampus mahasiswa merokok,di ruang kuliah dosen merokok,di rapat POMG orang tua murid merokok,di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanyaapakah ada buku tuntunan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok,di bis kota sumpek yang berdiri yang dudukorang bertanding merokok,di loket penjualan karcis orang merokok,di kereta api penuh sesak orang festival merokok,di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,di andong Yogya kusirnya merokok,sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,tapi tempat cobaan sangat beratbagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah metertak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahunmenderita di kamar tidurketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumulsaling menularkan HIV-AIDS sesamanya,tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknyamengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,kita ketularan penyakitnya.Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakannikotin paling subur di dunia,dan kita yang tak langsung menghirup sekali punasap tembakau itu,Bisa ketularan kena,Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,di ruang tunggu dokter pasien merokok,dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok,di pinggir lapangan voli orang merokok,menyandang raket badminton orang merokok,pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,panitia pertandingan balap mobil,pertandingan bulutangkis,turnamen sepakbolamengemis-ngemis mencium kaki sponsorperusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik,sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkatdengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya, pakai dasi,orang-orang goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na’imsangat ramah bagi orang perokok,tapi tempat siksa kubur hidup-hidupbagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.Mereka ulama ahli hisap.Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.Bukan ahli hisab ilmu falak,tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah merekaterselip berhala-berhala kecil,sembilan senti panjangnya, putih warnanya,ke mana-mana dibawa dengan setia,satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,tampak kebanyakan merekamemegang rokok dengan tangan kanan,cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.Inikah gerangan pertandayang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruanganAC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,karena pada zaman Rasulullah dahulu,sudah ada alkohol,sudah ada babi,tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama.Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengarperbandingan ini.Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhankecil yang kepalanya berapi itu,yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesiamati karena penyakit rokok.Korban penyakit rokoklebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,lebih gawat ketimbang bencana banjir,gempa bumi dan longsor,cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan,berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa dinegara kita,jutaan jumlahnya,bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub padatuhan-tuhan ini,karena orang akan khusyuk dan fanadalam nikmat lewat upacara menyalakan apidan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana,beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
************ ****
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2008

Bab 22
Hafalan surat Yasin

Penulis mencoba memotivasi anggota majelis-taklim al banna untuk menghafal surat yasin ayat 1 -20. Program ini adalah tantangan dari ustadz Yusuf Mansur pada saat ceramah di masjid An-naml menara Jamsostek.

Bab 21. Hafalan Surat Delisa

Bab 21
Hafalan Surat Delisa
Author : Tere-liye
published 2007 by Republika

Ada sebuah keluarga di Lhok Nga - Aceh, yang selalu menanamkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Mereka adalah keluarga Umi Salamah dan Abi Usman. Mereka memiliki 4 bidadari yang solehah: Alisa Fatimah, (si kembar) Alisa Zahra & Alisa Aisyah, dan si bungsu Alisa Delisa.
Setiap subuh, Umi Salamah selalu mengajak bidadari-bidadarinya sholat jama'ah. Karena Abi Usman bekerja sebagai pelaut di salah satu kapal tanker perusahaan minyak asing - Arun yang pulangnya 3 bulan sekali. Awalnya Delisa susah sekali dibangunkan untuk sholat subuh. Tapi lama-lama ia bisa bangun lebih dulu ketimbang Aisyah. Setiap sholat jama'ah, Aisyah mendapat tugas membaca bacaan sholat keras-keras agar Delisa yang ada di sampingnya bisa mengikuti bacaan sholat itu.
Umi Salamah mempunyai kebiasaan memberikan hadiah sebuah kalung emas kepada anak-anaknya yang bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Begitu juga dengan Delisa yang sedang berusaha untuk menghafal bacaan sholat agar sempurna. Agar bisa sholat dengan khusyuk. Delisa berusaha keras agar bisa menghafalnya dengan baik. Selain itu Abi Usman pun berjanji akan membelikan Delisa sepeda jika ia bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.
Sebelum Delisa hafal bacaan sholat itu, Umi Salamah sudah membelikan seuntai kalung emas dengan gantungan huruf D untuk Delisa. Delisa senang sekali dengan kalung itu. Semangatnya semakin menggebu-gebu. Tapi entah mengapa, Delisa tak pernah bisa menghafal bacaan sholat dengan sempurna.
26 Desember 2004
Delisa bangun dengan semangat. Sholat subuh dengan semangat. Bacaannya nyaris sempurna, kecuali sujud. Bukannya tertukar tapi tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Empat kali sujud, empat kali Delisa lupa. Delisa mengabaikan fakta itu. Toh nanti pas di sekolah ia punya waktu banyak untuk mengingatnya. Umi ikut mengantar Delisa. Hari itu sekolah ramai oleh ibu-ibu. Satu persatu anak maju dan tiba giliran Alisa Delisa. Delisa maju, Delisa akan khusuk. Ia ingat dengan cerita Ustad Rahman tentang bagaimana khusuknya sholat Rasul dan sahabat-sahabatnya.
"Kalo orang yang khusuk pikirannya selalu fokus. Pikirannya satu." Nah jadi kalian sholat harus khusuk. Andaikata ada suara ribut di sekitar, tetap khusuk.
Delisa pelan menyebut "ta'awudz". Sedikit gemetar membaca "bismillah". Mengangkat tangannya yang sedikit bergetar meski suara dan hatinya pelan-pelan mulai mantap. "Allahu Akbar". Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai bertakbiratul ihram, persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa.
Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggentarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian mencuat. Mengirimkan pertanda kelam menakutkan. Gempa menjalar dengan kekuatan dahsyat. Banda Aceh rebah jimpa. Nias lebur seketika. Lhok Nga menyusul. Tepat ketika di ujung kalimat Delisa,tepat ketika Delisa mengucapkan kata "wa-ma-ma-ti" , lantai sekolah bergetar hebat. Genteng sekolah berjatuhan. Papan tulis lepas, berdebam menghajar lantai. Tepat ketika Delisa bisa melewati ujian pertama kebolak-baliknya, Lhok Nga bergetar terbolak-balik.
Gelas tempat meletakkan bunga segar di atas meja bu guru Nur jatuh. Pecah berserakan di lantai, satu beling menggores lengan Delisa. Menembus bajunya. Delisa mengaduh. Umi dan ibu-ibu berteriak di luar. Anak-anak berhamburan berlarian. Berebutan keluar dari daun pintu. Situasi menjadi panik. Kacau balau. "GEMPAR"!
"Innashalati, wanusuki, wa-ma... wa-ma... wa-ma-yah-ya, wa-ma-ma-ti. .."
Delisa gemetar mengulang bacaannya yang tergantung tadi. Ya Allah, Delisa takut... Delisa gentar sekali. Apalagi lengannya berdarah membasahi baju putihnya. Menyemburat merah. Tapi bukankah kata Ustadz Rahman, sahabat Rasul bahkan tetap tak bergerak saat sholat ketika punggungnya digigit kalajengking?
Delisa ingin untuk pertama kalinya ia sholat, untuk pertama kalinya ia bisa membaca bacaan sholat dengan sempurna, Delisa ingin seperti sahabat Rasul. Delisa ingin khusuk, ya Allah...
Gelombang itu menyentuh tembok sekolah. Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu Guru Nur berteriak panik. Umi yang berdiri di depan pintu kelas menunggui Delisa, berteriak keras ...SUBHANALLAH! Delisa sama sekali tidak mempedulikan apa yang terjadi. Delisa ingin khusuk.. Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. . Delisa megap-megap. Gelombang tsunami tanpa mengerti apa yang diinginkan Delisa, membanting tubuhnya keras-keras. Kepalanya siap menghujam tembok sekolah yang masih bersisa. Delisa terus memaksakan diri, membaca takbir setelah "i'tidal..." "Al-la-hu- ak- bar..." Delisa harus terus membacanya! Delisa tidak peduli tembok yang siap menghancurkan kepalanya.
Tepat Delisa mengatakan takbir sebelum sujud itu, tepat sebelum kepalanya menghantam tembok itu, selaksa cahaya melesat dari "Arasy Allah." Tembok itu berguguran sebelum sedikit pun menyentuh kepala mungil Delisa yang terbungkus kerudung biru. Air keruh mulai masuk, menyergap Kerongkongannya. Delisa terbatuk. Badannya terus terseret. Tubuh Delisa terlempar kesana kemari. Kaki kanannya menghantam pagar besi sekolah. Meremukkan tulang belulang betis kanannya. Delisa sudah tak bisa menjerit lagi. Ia sudah sempurna pingsan. Mulutnya minum berliter air keruh.
Tangannya juga terantuk batang kelapa yang terseret bersamanya. Sikunya patah. Mukanya penuh baret luka dimana-mana. Dua giginya patah. Darah menyembur dari mulutnya..
Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudung robeknya. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan sekencang yang ia bisa dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela nafas penuh arti, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang terikat kencang diatasnya.
"Kau harus menyelesaikan hafalan itu, sayang...!" Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid.
Minggu, 2 Januari 2005
Dua minggu tubuh Delisa yang penuh luka terdampar tak berdaya. Tubuhnya tersangkut di semak belukar. Di sebelahnya terbujur mayat Tiur yang pucat tak berdarah. Smith, seorang prajurit marinir AS berhasil menemukan Delisa yang tergantung di semak belukar, tubuhnya dipenuhi bunga-bunga putih. Tubuhnya bercahaya, berkemilau, menakjubkan! Delisa segera dibawa ke Kapal Induk John F Kennedy. Delisa dioperasi, kaki kanannya diamputasi. Siku tangan kanannya di gips. Luka-luka kecil di kepalanya dijahit. Muka lebamnya dibalsem tebal-tebal. Lebih dari seratus baret di sekujur tubuhnya.
Aisyah dan Zahra, mayatnya ditemukan sedang berpelukan. Mayat Fatimah juga sudah ditemukan. Hanya Umi Salamah yang mayatnya belum ditemukan. Abi Usman hanya memiliki seorang bidadari yang masih belum sadar dari pingsan. Prajurit Smith memutuskan untuk menjadi mu'alaf setelah melihat kejadian yang menakjubkan pada Delisa. Ia mengganti namanya menjadi Salam.
Tiga minggu setelah Delisa dirawat di Kapal induk, akhirnya ia diijinkan pulang. Delisa dan Abi Usman kembali ke Lhok Nga. Mereka tinggal bersama para korban lainnya di tenda-tenda pengungsian. Hari-hari diliputi duka. Tapi duka itu tak mungkin didiamkan berkepanjangan. Abi Usman dan Delisa kembali ke rumahnya yang dibangun kembali dengan sangat sederhana.
Delisa kembali bermain bola, Delisa kembali mengaji, Delisa dan anak-anak korban tsunami lainnya, kembali sekolah dengan peralatan seadanya. Delisa kembali mencoba menghafal bacaan sholat dengan sempurna. Ia sama sekali sulit menghafalnya. "Orang-orang yang kesulitan melakukan kebaikan itu, mungkin karena hatinya Delisa. Hatinya tidak ikhlas! Hatinya jauh dari ketulusan." Begitu kata Ubai salah seorang relawan yang akrab dengan Delisa.
21 Mei 2005
Ubai mengajak Delisa dan murid-muridnya yang lain ke sebuah bukit. Hari itu Delisa sholat dengan bacaan sholat yang sempurna. Tidak terbolak-balik. Delisa bahkan membaca doa dengan sempurna. Usai sholat, Delisa terisak. Ia bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan sholat dengan baik. Sholat yang indah. Mereka belajar menggurat kaligrafi di atas pasir yang dibawanya dengan ember plastik.
Sebelum pergi meninggalkan bukit itu, Delisa meminta ijin mencuci tangan di sungai dekat dari situ. Ketika ujung jemarinya menyentuh sejuknya air sungai. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya.. Delisa terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah Delisa menatap sesuatu di seberang sungai.

Kemilau kuning. Indah menakjubkan, memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai di sebuah semak belukar indah yang sedang berbuah. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung yang indah tersangkut. Ada huruf D disana. Delisa serasa mengenalinya. D untuk Delisa. Diatas semak belukar yang merah buahnya. Kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Utuh. Bersandarkan semak belukar itu.
UMMI........ .......

Bab 20. Gula vs Sirop

Bab 20
Gula vs Sirop
(posting dari Bu Tini)

Tak ada yang lebih gusar melebihi makhluk Allah yang bernama gula pasir. Pemanis alami dari olahan tumbuhan tebu ini membandingkan dirinya dengan makhluk sejenisnya yang bernama sirop.
Masalahnya sederhana. Gula pasir merasa kalau selama ini dirinya tidak dihargai manusia. Dimanfaatkan, tapi dilupakan begitu saja. Walau ia sudah mengorbankan diri untuk memaniskan teh panas, tapi manusia tidak menyebut-nyebut dirinya dalam campuran teh dan gula itu. Manusia cuma menyebut, "Ini teh manis." Bukan teh gula. Apalagi teh gula pasir.
Begitu pun ketika gula pasir dicampur dengan kopi panas. Tak ada yang mengatakan campuran itu dengan 'kopi gula pasir'. Melainkan, kopi manis. Hal yang sama ia alami ketika dirinya dicampur berbagai adonan kue dan roti.
Gula pasir merasa kalau dirinya cuma dibutuhkan, tapi kemudian dilupakan. Ia cuma disebut manakala manusia butuh. Setelah itu, tak ada penghargaan sedikit pun. Tak ada yang menghargai pengorbanannya, kesetiaannya, dan perannya yang begitu besar sehingga sesuatu menjadi manis. Berbeda sekali dengan sirop.
Dari segi eksistensi, sirop tidak hilang ketika bercampur. Warnanya masih terlihat. Manusia pun mengatakan, "Ini es sirop." Bukan es manis. Bahkan tidak jarang sebutan diikuti dengan jatidiri yang lebih lengkap, "Es sirop mangga, es sirop lemon, kokopandan, " dan seterusnya.
Gula pasir pun akhirnya bilang ke sirop, "Andai aku seperti kamu."
**
Sosok gula pasir dan sirop merupakan pelajaran tersendiri buat mereka yang giat berbuat banyak untuk umat. Sadar atau tidak, kadang ada keinginan untuk diakui, dihargai, bahkan disebut-sebut namanya sebagai yang paling berjasa. Persis seperti yang disuarakan gula pasir.
Kalau saja gula pasir paham bahwa sebuah kebaikan kian bermutu ketika tetap tersembunyi. Kalau saja gula pasir sadar bahwa setinggi apa pun sirop dihargai, toh asalnya juga dari gula pasir. Kalau saja para pegiat kebaikan memahami kekeliruan gula pasir, tidak akan ada ungkapan, "Andai aku seperti sirop!" (MN)

Bab 19. GAZA pun MENANGIS

Bab 19
GAZA pun MENANGIS

Duka lara… rintihan.. rasa sakit.. itulah kata-kata yang kini bergaung di Ghaza, Palestina. Tapi kata-kata itupun masih tak bisa mewakili kepiluan yang sesunguhnya terjadi dan telah mencabik-cabik jiwa penduduknya.

Ada 73 orang yang gugur sepanjang hari Sabtu (1/3) akibat serangan brutal Israel. Dan kekejaman itu terjadi tanpa ada kecaman dan kemarahan dunia atas pertumpahan darah yang terjadi.

Jalan-jalan Ghaza pada pagi hari Ahad, sedikit menggambarkan bagaimana penderitaan Muslim Ghaza sesungguhnya. Langit pagi yang sepertinya tak kuasa menahan tangis lalu menitik perlahan-lahan di atas tanah Ghaza yang luluh lantak dihantam rudal-rudal Israel.

Responden Islamonline melukiskan bagaimana jalan-jalan Ghaza yang sepi dari lalu lalang manusia maupun kendaraan. Toko-toko seluruhnya ditutup. Sunyi sepi menyergap semua sudut kota. Tidak ada sekolah, tidak ada perguruan tinggi yang bersuara ramai. Semua penduduk bersembunyi dalam duka di dalam rumah mereka, sebagian merawat anggota keluarga yang mengalami luka ringan maupun parah akibat serangan Israel yang terus menerus berlangsung.

Setiap rumah mempunyai kisah dan cerita duka sendiri-sendiri. Sementara pesawat tempur Israel tetap meraung dalam rentang waktu yang tidak lama di atas langit Ghaza. Pesawat-pesawat itu, seperti mencari target bayi-bayi Palestina yang masih menyusui, mencari anak-anak Palstina yang sedang tumbuh, mengintai masjid-masjid, untuk dihancurkan.

Rumah-rumah yang sudah hancur berikut penghuninya. Gedung-gedung yang berubah menjadi puing di atas tanah seperti mainan kertas anak-anak. Para dokter di rumah-rumah sakit yang sekuat tenaga menyelamatkan para korban dengan alat seadanya dan darah tumpah di berbagai sudut ruang. Ketua tim kedokteran rumah sakit Ghaza mengatakan, sebagian besar korban yang datang sebenarnya sudah tinggal menunggu kematian karena ratusan orang dari mereka terluka parah di sekujur tubuhnya.

Penduduk Ghaza, mereka meninggalkan anak-anak mereka untuk bergabung dalam gerbong mujahidin menentang penjajahan keji Israel. Pelopor mereka adalah sayap militer Hamas, Izzuddin Al-Qassam. Mereka berlomba untuk melakukan aksi menjemput syahid di jantung Israel.

Seorang pemuda, sebut saja Khalid, dia terlibat dalam upacara pemakaman keluarganya yang meninggal akibat serangan Israel. Ia pun berteriak marah, "Kami katakan kepada para mujahidin yang ingin melakukan aksi syahid. Persiapkan diri kalian. Darah harus dibalas dengan darah. Mereka harus dibalas dengan sangat keras."
Apa yang diteriakkan Khalid, juga diteriakkan oleh ratusan orang yang mengiringi jenazah penduduk yang menjadi korban, dengan kalimat yang berbeda-beda. Ghaza yang hancur luluh. Ghaza yang dihantui deru pesawat terbang penghancur. Mereka semua berdo'a kepada Rabb langit dan bumi. Semoga mereka mendapat kesabaran dan kekuatan menghadapi derita yang tak putus ini… (na-str/iol)
www.eramuslim.com (03 Maret 2008 )

DR. Qaradhawi Minta Dunia Islam Bersikap Jantan Bela Ghaza

DR. Yusuf Al-Qaradhawi geram melihat kekejaman Israel yang tetap diiringi dengan sikap bungkam dunia internasional. Ia pun menyeru dunia Islam untuk bersikap jantan membela rakyat Palestina di Ghaza.

Ketua Forum Ulama Internasional Islam itu menegaskan agar umat Islam mendukung Ghaza agar bisa membela diri atas serangan berdarah Israel yang berlangsung terus menerus sejak hari Rabu (27/2).

Dalam pernyataannya di televisi Aljazeera, Qaradhawi mengatakan, “Saya serukan umat Islam semuanya. Saya berseru kepada para pemimpin negara, dan pemerintahan dunia Islam semuanya. Saya serukan semua umat Islam untuk berdiri secara jantan mendukung Ghaza. Kalian
harus bisa menunjukkan kekuatan di hadapan penjajah Israel. Kalian harus bisa menekan pemerintahan untuk bisa berkata dan bersikap menolak kekejaman Israel.”

Qaradhawi juga mengatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa kondisi kritis di Ghaza memang mewajibkan kita untuk tidak diam dan bisu, serta tidak bisa dianggap sebagai peristiwa remeh. Karena yang terjadi di Ghaza adalah kriminalitas perang yang jika terjadi di tempat manapun di dunia ini, maka siapapun akan berguncang, berdiri dan tak mungkin berdiam diri.’

Ia kemudian mempertanyakan, “Kenapa pemerintah kita tidak mampu bersikap gentle terhadap Ghaza? Kenapa Liga Arab tidak segera berkumpul? Kenapa tidak ada undangan untuk segera menggelar pertemuan puncak Arab? Di mana Liga Arab? Di mana OKI?” tanya Qaradhawi.(na-str/iol)

Bab 18.Gadis Kecil Itu Telah Membuatku Menangis

Bab 18
Gadis Kecil Itu Telah Membuatku Menangis

Tulisan ini sedikit oleh2 yang bisa aku share dari acara kemarin. Rasa terima kasih tak terhingga aku ucapkan kepada Panitia Inti TC2 (Mas Agussyafii, Mba Meidy & Keluarga, Dado, dan teman2 yg lainnya). Terima kasih karena mengijinkan kami untuk bergabung bersama kalian, terima kasih atas kesempatan untuk meraih kebahagiaan dengan berbagi kebahagiaan dengan orang lain, terima kasih atas segala pengertian dan kemakluman atas segala khilaf & salah, terima kasih karena kita bersaudara....
Puji serta syukur ke hadirat Allah SWT, yang tanpa ijin dan kasih sayangNYa maka semua ini tidak akan terjadi... Artikel ini khusus dipersembahkan kepada para Mujahid & Mujahidah TC, semoga Allah memberkahi......
Baksos, Kampung Lio, depok Baru
Alhamdulillah…..sekali lagi Allah memberikan kesempatan ini, ya kesempatan untuk meraih kebahagiaan dengan berbagi dengan sesama, terutama kepada mereka2 yang keadaanya kurang beruntung dari kita. Berbagi senyum….berbagi tawa….berbagi kebahagiaan….
Minggu, 24 Agustus 2008, Kelompok Milis Tahajjud Call mengadakan suatu aksi sosial dengan tema, "Tanda Cinta Tahajjud Call 2". Acara dilakukan di suatu tempat yang menurutku bisa jadi sangat memperihatinkan untuk suatu wilayah perkotaan. Letaknya kira2 500 m dari stasiun depok baru.
Aku dan beberapa teman minggu pagi itu memang mempersiapkan diri utk menjadi voluenteer dalam acara ini. Kami berkumpul di depan stasiun kereta dan berjalan menyusuri jalan setapak.
Hehm…sebenarnya hatiku sedikit gelisah menyusuri jalan dimana di samping kiri dan kanan penuh dengan rumah2 yg keadaannya sangat memperihatinkan. Lingkungan yang kotor dan suasana yang mirip dengan tempat sampah (afwan), maklum tempat ini ternyata memang tempat para pemulung sampah dan juga para pedagang keliling. Daerah yang potensial bagi kita-kita yang memang ingin menyisihkan "rejeki" yang Allah berikan. Belum lagi menjumpai "orang-orang" yang sangat jarang sekali kita berinteraksi dengan mereka. Subhanalloh…..Kau Maha Tahu Segalanya ya Allah…..
Ada beberapa acara yang diadakan, yaitu Pembagian sembako (kira2 utk 200 orang), Pengobatan Gratis (utk 150 orang), Bazaar (Penjualan pakaian2 layak pakai dengan harga Rp 1000 s/d Rp 5000), dan terakhir adalah Lomba untuk anak2.
Aku sendiri bertugas di bagian pengobatan gratis dan bazaar. Banyak hal lucu dan aneh yang aku jumpai saat itu. Sungguh, saat inipun aku masih suka senyum2 sendiri membayangkan tingkah polah orang2 yang datang untuk mendapatkan pengobatan gratis tersebut. Wajah2 yang polos…lugu…dan bersahaja. Ternyata banyak dari mereka yang tidak tahu berapa sesungguhnya usia mereka. Dan ada pula yang kurang bisa berbahasa Indonesia, sehingga akupun kesulitan untuk mendapatkan data mereka.
Sungguh ya Allah….pengalaman ini tak akan terlupakan dalam hidupku. Pakaian mereka…..Kedekilan mereka….Keluguan mereka….Kekurang beruntungan mereka, dan juga wajah2 pasrah atas nasib mereka. Astaghfirulloh……
Lihatlah mereka! Bandingkan dengan dirimu! Sungguh, beruntunglah kita…beruntunglah kita…..beruntunglah kita… Jadi teringat suatu ayat, "Lantas, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Aku rasa bukan hanya aku yang merasa beruntung atas pengalaman ini. Tapi juga teman2ku yang lainnya. Panas terik yang menyengat serasa pancaran sinar hangat di pagi hari. Rasa lapar karena memang tidak sempat sarapan, tidak terasa sama sekali. Ada Ibu Carkem, ada bapak Khodam, ada Engkong Sangkuang, ada Enyak Disa, dan yang lain2nya. Kebanyakan dari keluhan mereka adalah gatal2. Ya, tentu saja dengan lingkungan kotor seperti itu aku rasa tidak heran bila kulit mereka bereaksi. Pemandangan yang memiris hati. Dari anak2 hingga orang tua…kebanyakan kulit mereka korengan, dekil, dan juga berjamur. Semakin membuat diri tersungkur atas segala nikmat yang selama ini dianugerahi olehNya.
Ternyata Allah mempunyai berbagai cara untuk membuat kita sadar,. Ya, sadar akan KebesaranNya, sadar akan KemurahanNya, sadar bahwa diri ini hanyalah setitik debu di lautan yang luas, yang tidak akan ada artinya dan juga tidak mempunyai suatu daya tanpa PertolonganNYa, tanpa kasih SayangNya. Sungguh ya Allah, merugilah mereka yang tidak pandai mensyukuri segala nikmatMu, Merugilah mereka yang tidak mau peduli terhadap Mahluk2Mu…..Merugilah…
Ada lagi hal yang sangat menyentuh hatiku, yaitu saat acara bazaar (penjualan pakaian layak pakai) dimulai. Belum lagi pakaian2 sempat kami tata di atas meja, mereka sudah berkumpul di depannya, dan tangan2 mereka mulai mencari2 pakaian yang kira2 mereka perlukan. Harga yang kami berikan yaitu Rp 1000 s/d Rp 5000 rupanya kurang memadai bagi mereka hingga akhirnya harganya kami turunkan menjadi s/d Rp 3000 dan terus turun lagi hingga harganya Rp 500 per potong.
Tiba2 ada seorang gadis kecil yang menyusup ke depanku. Dia membawa uang Rp 2000 dalam genggamannya. Lalu aku bertanya, "Adik cari apa?". Dia jawab, "Ada pakaian anak kecil gak kak?".
"Untuk siapa?", kataku. "Untuk saya kak." jawabnya.Tapi karena dia datang kira2 10 menit setelah bazaar dimulai, maka pakaian2 anak kecilpun telah banyak yang diambil oleh ibu2 setempat. Tapi Alhamdulillah, ada sepasang potong pakaian untuknya walaupun itu tidak terlalu bagus.
Aku ingat, aku sempat bertanya padanya. "Orang tua kamu mana?" Diapun menjawab, "Gak ada kak, lagi jualan." lalau diapun berlalu. Tidak berapa lama setelah itu, gadis kecil itu memanggil2 lagi. Aku Tanya keperluannya dan diapun menunjuk kepada seorang anak lelaki di sampingnya. "Ada pakaian untuk dia gak kak?" oh…ternyata anak lelaki itu kakaknya, pikirku.
Lalu akupun mulai mengaduk2 sisa pakaian yang ada di depanku. Ternyata tidak ada baju untuk ukuran anak lelaki tersebut dan akupun memberitahukannya kepada gadis kecil tersebut. Dan yang keluar dari mulutnya adh…"Ya……."
Setelah itu ternyata gadis kecil itu dan juga kakaknya menghampiri meja dimana diletakkan pakaian utk lelaki dewasa. Anak lelaki itu mengambil sebuah celana jeans dan juga sebuah kemeja. Salah seorang temanku bertanya, "Untuk siapa bajunya, memang itu muat untuk kamu?"
Dengan lugas dia menjawab, " Untuk bapak….bapaknya sekarang lagi jualan".
Lalu temanku bertanya lagi, "Kok Cuma bapaknya yang dibeliin? Ibunya gak?"
Lantas dengan polosnya dia menjawab, "Gak punya ibu kak…..". Ya Allah…aku dan beberapa temanku terpana. Subhanalloh….. Lantas kamipun tenggelam dalam pikiran masing2. Sungguh, mereka pasti datang dari keluarga yang penuh kasih sayang, penuh kepedulian antar anggota keluarga. Walau hidupnya sulit, keadaannya memperihatinkan, ternyata itu tidak menghalangi mereka untuk berkasih sayang. Lantas kita……..?
Aku jadi berpikir, darimanakah uang yang mereka pegang itu? apakah itu dari orang tua mereka? ataukah dari hasil mereka memulung? mengamen? atau yang lainnya?
Ya Allah…terima kasih atas segala karuniaMu. Terima kasih atas kasih sayangMu. Terima kasih atas orang tua yang bertanggung jawab. Terima kasih atas keberuntungan ini. Terima kasih telah membuka hati-hati kami…tidak hanya untuk mensyukuri nikmatMu tapi juga untuk berbagi rejeki dengan sesama…..
Itulah jalan kami untuk berterima kasih padaMu ya Allah…..
Ya, dengan berbagi dengan mereka2 yang memang kau peruntukkan sebagai ladang amal bagi kami….dengan harta….dan juga dengan kepedulian kami.
Aaamin…ya robbal Allamiin.
Herny Susiyanti

Bab 17. KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA

Bab 17
KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA


Artikel Taufik Ismail tentang Krismansyah Rahadi (chrisye)
Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON. Krismansyah Rahadi (1949-2007): KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA TAUFIQ ISMAIL

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan.

Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu. Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin.

Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti.
Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.
Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye ? Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi.Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang!

Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi. Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak. Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.
* * *
Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.
Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ' kan ?"

Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.
* * *
Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin. #

Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya.... sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina
1997

Bab 16. Club Ashar

Bab 16
Club Ashar

Dimotori oleh Pak Dadi Purwadi di kantor saya ada komunitas club ashar. Di mana setiap hari para anggota club akan mendapatkan reminder email tentang waktu sholat ashar. Alhamdulillah sebagian besar anggota club bisa lebih memperhatikan akan waktu-waktu sholat, dan berusaha untuk sholat tepat pada waktunya.
Luaar biasa !

Bab 15. Cermin Kehidupan Sang Elang

Bab 15
Cermin Kehidupan Sang Elang

Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang didunia. Umurnya dapat mencapai 70 tahun. Tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke 40.

Ketika elang berumur 40 tahun, cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan waktu terbang. Pada saat itu, elang hanya mempunyai dua pilihan: Menunggu kematian, atau mengalami suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan --- suatu proses transformasi yang panjang selama 150 hari.

Untuk melakukan transformasi itu, elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang , berhenti dan tinggal disana selama proses transformasi berlangsung.

Pertama-tama, elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya, kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia harus mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Elang mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, elang tersebut mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan kita ini, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yang sangat berat untuk memulai sesuatu proses pembaharuan. Kita harus berani dan mau membuang semua kebiasaan lama yang mengikat, meskipun kebiasaan lama itu adalah sesuatu yang menyenangkan dan melenakan.

Kita harus rela untuk meninggalkan perilaku lama kita agar kita dapat mulai terbang lagi menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan. Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal-hal yang baru, kita baru mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yang terpendam, mengasah keahlian baru dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Halangan terbesar untuk berubah terletak di dalam diri sendiri dan andalah sang penguasa atas diri anda. Jangan biarkan masa lalu menumpulkan asa dan melayukan semangat kita. Anda adalah elang-elang itu.

Perubahan pasti terjadi. Maka itu, kita harus berubah!

Bab 14. Sebuah catatan (renungan) dari Bidang Sosial

Bab 14
Sebuah catatan (renungan) dari Bidang Sosial
Oleh Taslim

Setelah menjalani tugas dan memangku amanah yang diberikan sebagai ketua bidang sosial SP kurang lebih 3 thn, maka saya merasa bertanggung jawab secara moril untuk membagi ilmu atau pengalaman yang telah didapat dalam menempuh masa tugas tsb. Semoga pengalaman ini – walaupun sedikit, bisa menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan juga bagi rekan-rekan lainnya dalam menjalani atau mengisi hidup kedepan dengan status sebagai seorang karyawan. Mungkin sebagian rekan kita tidak sempat memperhatikan masalah ini karena kesibukannya dalam berkarya, dan oleh karenanya pengalaman ini bisa bermanfaat untuk diambil sebagai satu pelajaran.

Sebagai pemangku tugas bidang sosial di organisasi karyawan ini, saya dan rekan-rekan lainnya biasa bersentuhan dan berinteraksi dengan karyawan / pensiunan atau masyarakat yang perlu mendapat bantuan. Misalnya penyaluran bantuan uang duka untuk karyawan atau keluarga karyawan yang meninggal, penyaluran bantuan pada bencana alam (diutamakan bagi karyawan kita atau pensiunan yang terkena musibah) atau penyaluran bantuan untuk masyarakat tidak mampu disekitar tempat kerja kita ini dan kegiatan sosial lainnya. Namun saya akan membatasi pada pengalaman yang diperoleh terkait dengan kehidupan karyawan dan pensinan kita, dimana itu merupakan cermin dan potret masa depan kita nantinya. Semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita kejalan yang lurus, jalan yang diredhoinya dan senantiasa memberikan rahmat-Nya kepada kita semua, amin.

Saat ini mungkin kita banyak berkonsentrasi dalam memikirkan dan mengupayakan bagaimana kita organisasi SP – khususnya bidang sosial bisa memberikan bantuan kepada pensiunan kita yang mungkin sebagian sudah tidak tahu apa yang akan dimakan atau dimana dia harus bernaung (seperti himbauan Pak Ratman), memang kelihatannya sangat tragis dan menyedihkan, namun itu real terjadi. Upaya ini memang sangat penting sebagai satu upaya meringankan beban rekan-rekan kita tsb, namun saya kira itu adalah satu langkah korektif yang sifatnya temporer, yang lebih penting bagi kita adalah upaya pencegahannya (tindakan preventif-nya), agar kita dapat melalui masa pensiun (jika kita ditakdirkan sampai kesana) dengan kondisi sehat jasmani & rohani sampai ajal menjemput.

Ketika terjadi bencana/musibah banjir di Jakarta kemarin (2006), Alhamdulillah kita berhasil memberi bantuan kepada karyawan kita termasuk pensiunan kita yang terkenah musibah banjir. Salah seorang pensiunan kita (tidak perlu saya sebutkan namanya) terpaksa mengungsi dan tinggal di salah satu penampungan pengungsi (Mushollah) disebabkan rumahnya dan seluruh isinya terendam banjir dalam waktu yang cukup lama. Waktu itu kondisi kesehatannya sudah semakin memburuk karena sebelumnya memang beliau sudah sakit-sakitan. Saya mendapat informasi dari salah seorang rekan yang dekat dengan beliau, bahwa keadaan ekonominya saat ini sangat memprihatinkan, terakhir sebelum kena musibah banjir dia punya kios dan jualan sembako, namun karena terkena tipu sehingga usahanya terpaksa ditutup. Didalam pengungsian, beliau masih sakit dan mendapat perawatan seadanya. Sebulan setelah terjadinya bencana banjir tsb, beliau meninggalkan dunia yang fana ini.
Itu salah satu contoh kehidupan pensiunan kita yang dulunya - waktu masih aktif sebagai karyawan, tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berakhir dalam kondisi yang memprihatinkan seperti itu. Demikian pula dengan contoh-contoh kehidupan pensiunan kita lainnya yang harus menderita dan mengalami penyakit-penyakit berat sebelum kembali kepada Tuhannya. Kita doakan semoga penderitaan yang dialami oleh sebagian pensiunan kita tsb, menjadi penghapus dosa dan mendapat tempat yang layak disisi-Nya dialam kubur dan dialam akhirat nantinya, amin.

Tentu pengalaman yang saya sampaikan ini akan kurang objektif bila hanya menyampaikan tinjauan terhadap kondisi pensiunan kita yang “kelihatannya gagal”, karena ada juga beberapa pensiunan kita yang bisa dianggap “sukses” dalam menempuh hidup sesudah beliau berkarya puluhan tahun diperusahaan ini. Salah satunya adalah sdr HRW. Mungkin ada baiknya sekilas kita melihat kebiasaan beliau selama masih aktif bekerja di perusahaan ini.
Terakhir beliau bekerja sebagai tool keeper di Departemen Maintenance. Selama berkarya diperusahaan ini beliau tidak pernah naik jabatan (yang ada adalah kenaikan gaji otomatis). Tentu prestasi beliau ini tidak saya maksudkan untuk menjadi contoh bagi rekan-rekan, namun dalam prestasi kerja yang bisa dibilang mandek seperti itu, beliau tidak terhalangi untuk selalu berbagi atau membantu orang lain baik dalam bentuk bantuan materi (seadanya) ataupun non materi.
Pertama beliau punya kebiasaan menegur atau mengingatkan kita jika melihat kita terlalu condong dalam memburu dunia dan kurang mengingat kehidupan akhirat. Itu dilakukan tanpa pandang bulu, selama beliau menganggap dia sebagai temannya, termasuk sering dilakukan kepada Pak Risman-manajer dia pada waktu itu. Sekarang beliau berdua masih sering kumpul dalam kondisi sehat rohani dan jasmani.
Beliau juga sangat senang membawa bingkisan makanan yang dibeli dipinggir jalan (ubi rebus, pisang rebus dsb) dan dibagikan kepada teman-teman kerjanya, itu dilakukan hampir tiap hari padahal gajinya tentu tidaklah tinggi dengan jabatan sebagai tool keeper. Sekarang ini, beliau telah “dilayani dunia” yang selalu diwaspadainya. Beliau sudah punya mobil bagus yang bisa mengantarkan dia ke tempat pengajian atau bersilaturahmi dengan teman-temannya. Anak-anaknya juga telah menjadi orang-orang yang sukses dan yang pasti infaq-nya semakin besar dibanding waktu masih karyawan dulu. Kita doakan semoga beliau tetap dibimbing oleh Allah SWT dalam menjalani sisa hidupnya (masa pensiunnya) dan kelak kembali kepada Allah SWT dengan ridho dan diridhoi seperti yang dicita-citakan sejak masih bekerja diperusahaan ini, amin.

Sekarang mari kita coba mengkaji penyebab dari kondisi pensiunan kita tsb (tanpa ada niat mencari kekurangan atau mengagungkan), baik yang kita anggap “gagal” maupun yang kita anggap “sukses”, sebagai usaha untuk mengambil pelajaran dan langkah preventive sebelum kita memasuki masa pensiunan nantinya, jika Allah SWT mentakdirkan kita sampai pada masa pensiun tsb. Tentu kajian ini sangat dangkal, namun saya harapkan tetap ada manfaatnya.

Pengaruh Materialisme
Kita harus mengakui bahwa industrialisasi telah menyeret banyak manusia kedalam sistem materialisme yang sangat kental, manusia seakan-akan dibuat seperti alat (bahasa kerennya sebagai asset yang berharga) dalam meraup laba (materi) yang sebesar-besarnya. Sistem dibuat sedimikian rupa sehingga manusia-manusia yang ada didalamnya dibuat terlena kemudian didorong untuk mengeluarkan segala waktu, daya dan pikirannya agar pemilik modal dapat meraup laba yang sebesar-besarnya atau meraup materi sebesar-besarnya.
Mulai metode pengajaran, bentuk pelatihan yang diterapkan sampai sistem pengupahan yang diberlakukan, semuanya sangat kental untuk membawa kita kedalam paham materialisme (menganggap bahwa semakin besar jumlah materi yang diperoleh, maka semakin besar peluang untuk menjadi bahagia). Semua kesuksesan diukur berdasarkan besar materi yang bisa diperoleh (gaji, lembur, bonus dan fasilitas lainnya).
Kondisi ini dialami oleh karyawan kita hampir tiap hari sepanjang masa kerjanya diperusahaan ini. Mereka dibentuk oleh satu kondisi yang pada dasarnya sudah keluar dari fitrahnya, sebagai mahluk rohani. Disana terbentuk manusia-manusia baru bermental firaun yang menganggap bahwa kekuasaan (jabatan) dapat melanggengkan hidupnya (melanggengkan kebahagiannya) untuk sampai masa pensiun nanti atau mungkin bisa diturunkan untuk anak cucunya kelak,
atau muncul manusia-manusia baru bermental karun yang menganggap bahwa semua keberhasilannya tsb diperoleh karena ilmunya.

Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. 28-78)
.
Kalimat tauhid Insya Allah (segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah), Lahaulah Walakuata Illah Billah (kita tidak punya daya upaya selain pertolongan Allah), masya Allah (semua terjadi karena izin Allah) serta ikrar yang disampaikan setiap sholat bahwa hidupnya, matinya serta rezekinya semuanya diserahkan hanya kepada Allah SWT dan kalimat-kalimat tauhid lainnya hanya lipstik semata, lain dibibir, lain dihati dan lain dalam pengamalannya.

Kita kadangkala sangat emosionil dalam menyikapi munculnya paham-paham baru yang mengatas namakan Islam, seperti ahmadia, syiah dsb. Tindakan-dindakan keras dilakukan untuk mengkonter munculnya paham-paham yang menyesatkan tsb yang kita anggap bisa meresahkan dan membingunkan umat ini. Tentu itu suatu langkah kewaspadaan yang baik, namun dalam menyikapi paham materialsme yang efek merusaknya jauh lebih dahsyat, kita adem-adem saja. Padahal korbannya sudah berjatuhan, jutaan bahkan mungkin sudah milyaran orang, sebagian pensiunan kita mungkin saja bagian dari korban-korban tsb. Mental munafiq tumbuh dengan suburnya, mengaku mempertuhankan Allah tapi yang disembah dan yang diagungkan adalah selain Allah (materi).

Materialisme, seperti halnya kemiskinan, kebodohan, kezaliman dan sifat-sifat kekafiran lainnya tidak bisa dilawan dengan cara lari darinya, tapi harus ditaklukan dengan menghadapinya secara langsung. Ada sebagian orang yang mengetahui kejelekan dari paham materialisme tsb lalu menjauhi hal-hal yang sifatnya duniawi (materi). Mereka tidak punya motivasi yang kuat dalam bekerja yang ada kaitannya dengan harta, karena berfikir benda-benda tsb juga tidak dibawa mati, mereka berpikiran bahwa semakin banyak harta maka peluang keneraka semakin besar karena tidak bisa mempertanggung jawabkannya dan alasan atau argumentasi lainnya. Namun kita harus mengakui bahwa pisik atau badan kita bisa saja dibawah menjauh dari yang namanya materi, namun hati kita tidak segampang itu mengkondisikannya. Badan bisa saja berada didalam mesjid tapi hati kita dalam waktu yang sama bisa menembus kegiatan jual beli di pasar, bisa menembus pekerjaan dikantor dsb.

Kita tidak dilarang untuk memanfaatkan dan menggunakan materi tsb, kita malah diperintahkan untuk memakmurkan bumi ini (memberi manfaat untuk umat manusia dan seluruh lingkungan kita) dan juga memanfaatkan materi tsb sebagai perantara dalam melaksanakan amal sholeh. Namun yang dilarang adalah mempetuhankannya, yang pada akhirnya memperlakukannya tidak sesuai dengan semestinya. Merasa sedih dan khawatir dengan tidak mendapatkannya serta senang berlebihan dengan memperolehnya. Kita juga sudah diingatkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran, bahwa materialisme akan menjadi senjata iblis untuk menyesatkan atau menipu umat manusi. Materialisme itu pulah yang digunakan oleh iblis dalam menyesatkan nenek moyang manusia Adam AS dan isterinya Hawa.

dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".

maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. 2-268)

Hampir tiap hari orang hanya berbincang tentang materi, produksi, bonus, mobil mewah, rumah bagus, kenaikan gaji, fasilitas kesehatan dsb.
Kondisi ini pulah yang dialami oleh para pensiunan kita pada waktu menjadi karyawan puluhan tahun yang lalu. Mereka digiring dan dibentuk menjadi konsumtif, berlomba sekuat tenaga mengumpulkan materi dan mengkonsumsinya sebagai bentuk peningkatan prestise (standar hidup disesuaikan dengan besar gaji/lembur yang diperolehnya bahkan bisa melebihinya), mereka berperinsip bahwa buat apa kerja keras kalau tidak untuk dinikmati, buat apa susah-susah mendapatkan prestasi dan gaji yang tinggi kalau tidak untuk kita konsumsi.
Mereka sudah menggantungkan standar kebahagiannya pada banyak tidaknya harta yang dimilikinya. Mereka menganggap bahwa Allah memuliakan dia dengan banyaknya harta yang dimilikinya dan menganggap dihinakan oleh Allah dengan sidikitnya harta yang dimiliki.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: "Tuhanku telah memuliakanku". (QS. 89-16)

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku". (QS. 89-17)

Kita harus menyadari dan berani mengakui bahwa sistem materialisme telah merasuk dalam kehidupan kita sehari-hari dalam menjalankan tugas diperusahaan ini, harus ada kemauan dan kesadaran yang kuat untuk berusaha sekuat mungkin dan selalu berdoa kepada Allah SWT untuk bisa lepas dari sistem tsb. Sekali lagi mari kita meninjau ulang praktek-praktek kerja rutin kita yang telah kita lakukan setiap hari ini yang sudah berlangsung bertahun-tahun dan mencoba merenungkan kembali makna hidup dan tujuan kita diciptakan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberi bimbingan-Nya kepada kita semua, amin.



Obat melawan materialisme
Sekali lagi materialisme tidak bisa dilawan dengan cara lari dari materi tsb, namun harus dihadapi secara langsung seperti cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Katanya hidup ini seperti roda yang berputar, ada pula yang mengatakan seperti kegiatan tawaf mengelilingi ka’bah ada pula yang mengatakan seperti bumi mengelilingi matahari.
Hukum alam (sunnatullah) mengatur, bahwa setiap benda yang berputar perlu alat penyeimbang, para tukang ban dibengkel-bengkel mobil tahu persis prinsip ini, disana pasti disediakan alat membalance ban (velg) mobil. Teman-teman kita dibagian CBM (Maintenance) juga tahu persis prinsip ini, mereka sudah sangat familier dengan pekerjaan membalancing fan. Bumi inipun telah dibalangsing oleh Allah SWT dengan gunung-gunungnya sebagai alat counter balance.

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. (QS. 21-31)

Lalu kalau hidup ini seperti roda yang berputar, sehingga juga bisa timbul kondisi unbalance, lalu apa penyebab unbalanance dan bagaimana membalancingnya – apa alat counter balance-nya (counter weight-nya).

Saya akan sangat hati-hati dalam menyampaikan hal ini, karena ini masuk dalam area keyakinan yang tentunya sifatya sangat pribadi, dan saya sendiri merasa masih sangat jauh dalam menerapkan ilmu ini, namun semuanya kita serahkan kepada Allah SWT dan kita hanya berusaha saja.
Pertama, kita harus memahami bahwa kondisi unbalance pada diri setiap manusia bisa dirasakan dengan adanya rasa sedih yang tidak wajar atau rasa senang yang tidak wajar. Kita telah diperintahkan untuk beramal sebanyak-banyaknya sebagai modal keakhirat nantinya, namun setiap aktifitas amal yang kita lakukan bisa menimbulkan kondisi unbalance yang disebabkan oleh adanya kekurangan dalam usaha kita tsb (mungkin kurang ihlas melakukannya, mungkin kurang rida atau mungkin kurang bersyukur kepada Allah SWT atau memang caranya yang menyimpang). Demikian juga halnya dalam melaksanakan kewajiban menuntut ilmu, juga bisa menimbulkan efek samping yang menyebabkan kondisi unbalance ( sombong dengan ilmunya, enggan/kikir mengajarkannya dsb).
Adanya kekurangan dalam usaha (amal) kita tsb akan menimbulkan efek unbalance, seperti rasa senang berlebihan karena berhasil, timbul rasa sombong, angkuh dsb atau sebaliknya bisa juga menimbulkan rasa sedih yang berlebihan karena gagal, putus asa, rendah diri dsb. Beramal memang satu keharusan dan kewajiban, namun efek sampingnya yang bisa menimbulkan kondisi unbalance harus diusahakan seminimal mungkin.

Semakin besar usaha/amal yang kita lakukan (biasanya ditentukan oleh besarnya motivasi kita), akan berpeluang semakin besarnya unbalance yang ditimbulkannya apakah hasilnya berhasil atau hasilnya gagal. Tentu untuk mengatasinya juga diperlukan alat counter balance (counter weight) yang lebih besar pula. Seperti halnya pada mesin diesel atau genset, bahwa semakin besar mesinnya, maka semakin besar fly wheelnya (alat pembalancenya). Untuk menghindari kondisi unbalance yang tinggi, bukan motivasinya yang dikurangi tapi alat balancenya yang harus disesuaikan atau diperbesar.

Kita ambil satu contoh, bila seseorang menerima kabar bahwa dia telah dipromosikan menduduki jabatan yang lebih tinggi (menjadi direktur pada perusahaan besar misalnya), promosi yang diterima orang tsb bisa menimbulkan kondisi unbulance yang cukup tinggi, tapi bisa juga unbalance yang diterimanya sedang-sedang saja tergantung kemampuannya membalance kedaan tsb dan tergantung berapa besar cintanya pada hasil usaha tsb (pengaruh sistem materialisme dalam dirinya). Demikian juga sebaliknya, jika seseorang mendapat musibah seperti usaha yang dirintisnya bertahun-tahun gagal, orang tsb pasti akan mengalami kondisi unbalance, namun lagi-lagi besar getarannya tergantung pada kemampuan orang tsb membalance kondisi tsb. Kemampuan membalance suatu keadaan sangat ditentukan oleh tingkat keimananan seseorang (tingkat keihlasan, keridaan dan syukurnya kepada ALLah SWT) atau sejauh mana paham materialisme merasup dalam dirinya atau sejauh mana dia membiasakan diri dalam mepraktekan alat-alat yang tergolong counter balance dalam kehidupannya sehari-hari. Kebiasaan melaksanakan alat-alat membalance tsb akan mampu mengurangi atau mengiliminir paham materialisme pada diri kita. Sekarang pertanyaannya adalah apakah alat counter balance itu ?.

Alat counter balance disini tidak lain adalah amal-amal ibadah yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulull SAW, yaitu:

sholat yang khusyu – termasuk membiasakan diri melaksanakan sholat sunnah (tentu tahajud sangat dianjurkan), puasa sunnah senin-kamis (puasa daud), membiasakan diri berinfaq dan bersedekah (dalam kondisi senang dan sulit), rutin membaca atau mengkaji Al-Quran, berzikir atau berdoa yang semuanya diniatkan karena Allah SWT semata.

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka (membalance), dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu – sebelum (mereka mengikuti Rasul), mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. 3-164)

Namun dari alat-alat membalance (counter weight) yang telah disebutkan tsb, yang paling umum digunakan dan dianjurkan untuk mengeliminir kondisi unbalance kelas tinggi adalah bersedekah (berinfaq), puasa sunah dan sholat malam. Coba lihat berapa banyak perintah dalam Al-Quran yang memerintahkan untuk menebus kesalahan yang tergolong besar dengan perintah memberi makan fakir miskin atau melakukan puasa serta kaitan antara perintah mendirikan sholat malam dengan besar tugas yang akan diembang.

Hai orang yang berselimut (Muhammad) (QS. 75-1)
bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya) (QS. 75-2)
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. (QS. 75-5)

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan (membalance) mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 9-103)

Mungkin ada rekan-rekan yang mengatakan bahwa dalam kondisi unbalance yang disebabkan karena kita menerima rezeki yang besar secara tiba-tiba, sangat wajar jika alat counterbalance-nya (counter weightnya) adalah berinfaq dengan jumlah yang sesuai, namun bagaiman alat ini (berinfaq) kita gunakan untuk kondisi unbalance karena terkena musibah, usahanya bangkrut misalnya. Ini kelihatannya tidak bisa diterima oleh akal sehat – mana bisa orang dalam kondisi bangkrut disuruh berinfaq. Suatu pertanyaan yang wajar, namun coba baca dan hayati surah 65 – 7 dibawah :

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. 65 -7).

Jika kita cermati ayat diatas, terlihat bahwa sebenarnya sumber dari kondisi unbalance (rasa senang yang berlebihan atau rasa sedih yang berlebihan) adalah sama yaitu karena besarnya cinta kita terhadap benda tsb (masuknya paham materialisme dalam diri kita). Jadi sangat wajar jika alat membalancenya juga sama yaitu berinfaq atau bersedekah guna mengeliminir cinta kita pada benda tsb.

Usaha melakukan aktifitas yang tergolong alat membalance diatas tidak harus hanya dilakukan jika kita mengalami kondisi unbalance, namun harus rutin dilakukan dengan jumlah dan qualitas yang semakin meningkat bila kita menginginkan dan mentargetkan mendapat kondisi balance nol mm/sec, sampai pada derajad jiwa yang suci. Termasuk dalam hal ini adalah melanggenkan berzikir kepada Allah SWT setiap waktu, sebagai amal untuk lebih memperhalus vibrasi diri kita masing-masing, sampai ajal menjemput kita.
Kemampuan berzikir (mengingat) Allah SWT adalah merupakan barometer yang paling canggih untuk mengetahui tingkat unbalance kita. Semakin rendah kondisi unbalance kita, maka semakin mudah melakukan zikir kepada Allah SWT. Jika kondisi unbalance kita berada pada titik yang sangat tinggi maka alat counter balance dengan berzikir tidak akan memberi hasil yang optimal atau sulit melaksanakannya. Dalam kondisi ini kita harus menggunakan alat counter balance untuk kondisi unbalance kelas tinggi yaitu berpuasa, berinfaq dan Sholat Malam secara rutin sampai kita lebih mudah dalam menerapkan alat counter balance lainnya (belajar Al-Quran dan rutin berzikir kepada Allah SWT).

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (QS. 89 – 27,28)

Usaha melakukan kegiatan yang tergolong alat conter balance diatas (Sholat malam, berinfaq atau bersedekah, puasa sunah senin – kamis atau alat balance lainnya seperti mempelajari al-quran atau melanggengkan berzikir) hanya merupakan alat, hasilnya atau outputnya sendiri tidak lain adalah sifat atau ahlak dari orang tsb. Insya Allah orang yang senantiasa rutin melaksanakan alat-alat membalance tsb, akan memiliki ahlak yang mulia.
Kita ambil satu contoh saja, kita mungkin pernah memarahi anak kita atau mungkin memarahi orang lain karena dia merusak atau menghilangkan barang kesukaan kita, marah disini sebagai sifat yang buruk, disebabkan karena kita mencintai barang yang dirusak atau dihilangkan tsb, jadi sumber penyebab dari marah kita tsb tak lain adalah materialisme itu sendiri (menganggap bahwa barang bisa memberikan atau menghilangkan kebahagian, kehormatan kita).

Mungkin ilmu atau metode ini dianggap terlalu menyederhanakan usaha untuk mendapatkan manusia unggul seperti yang banyak diajarkan dalam pelatihan leader ship yang biasa kita dapatkan dalam pelatihan-pelatihan diperusahaan ini. Namun tidak ada salahnya untuk kita coba praktekkan dan lihat hasilnya sama-sama. Nanti kita bisa berbagi pengalaman dalam mempraktekan ilmu ini, mungkin 1 tahun, 2 tahun atau setelah kita pensiun nantinya (jika umur kita dipanjangkan oleh Allah SWT). Karena kita juga harus mengakui bahwa kita sudah mendapatkan banyak sekali jenis pelatihan diperushaan ini, namun ahlak kita tidak maju-maju juga, mungkin sampai menjadi pensiun (usia tua) nantinya jika tidak dilakukan terobosan dengan cara atau metode yang lain.

Sementara kita juga mengetahui bahwa Rasulullah sendiri telah mengkader sahabat-sahabatnya dengan cara khusus dan menghasilkan manusia-manusia unggul yang telah digaransi oleh Allah SWT sebagai umat terbaik yang pernah lahir dimuka bumi ini. Umar Bin Hattab misalnya, orang yang begitu kasar bisa dirubah menjadi manusia unggul dengan hati yang sangat lunak (cepat menangis) dalam waktu yang sangat singkat. Thoriq bin siab sebagai seorang budak dididik dengan ajaran Rasulullah sampai dia menjadi seorang panglima yang bisa menembus daratan eropa dan tetap bersifat suhud (dapat menahan diri) dengan materi yang melimpah yang ditemuinya didaerah baru tsb (spanyol).

Sekarang mari kita coba lihat salah satu contoh ahlak Rasulullah SAW sendiri yang saya kutip pada kolom hikmah harian republika tanggal 17 Oktober 2007.

Di sebuah sudut Kota Madinah, selalu mangkal seorang pengemis Yahudi buta. Setiap orang yang mendekati, ia selalu berkata, ''Wahai Saudaraku, jangan engkau dekati Muhammad yang mengaku sebagai Rasul itu. Dia gila, pembohong, dan tukang sihir. Jika kamu mendekatinya, dia akan memengaruhimu.''

Walau sebegitu busuk hati dan perbuatan pengemis itu, setiap pagi Rasulullah selalu membawakan makanan untuknya. Tanpa berkata, beliau menyuapi pengemis itu. Rasulullah melakukan hal ini hingga wafat.

Ketika Abu Bakar berkunjung ke rumah Aisyah, beliau bertanya, ''Wahai anakku, adakah sunah Rasulullah yang belum aku kerjakan?'' Aisyah menjawab, ''Wahai ayah, engkau ahli sunah, hampir tidak ada sunah yang belum Ayah lakukan, kecuali setiap pagi Rasulullah pergi ke ujung pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana.''

Keesokan harinya Abu Bakar pergi ke sudut pasar dengan membawa makanan. Abu Bakar memberikan makanan kepada sang pengemis. Ketika mulai menyuapi, pengemis marah sambil berteriak, ''Siapa kamu?'' Abu Bakar menjawab, ''Aku orang yang biasa.'' Pengemis membantah, ''Engkau bukan orang yang biasa datang. Apabila orang itu datang, tanganku tidak akan susah memegang dan mulutku tidak akan susah mengunyah. Orang itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu sebelum menyuapkannya kepadaku.''

Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya. Ia menangis sambil berkata jujur, ''Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku sahabatnya. Orang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.'' Setelah pengemis Yahudi itu mendengar cerita Abu Bakar, ia menangis dan berkata, ''Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikit pun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Ia begitu mulia.'' Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya masuk Islam dan bersyahadat di hadapan Abu Bakar.

Itulah salah satu contoh ahlak sebagai output dari manusia yang telah memiliki tingkat vibrasi yang paling rendah, vibarasi yang paling halus (manusia suci). Sementara kita ketahui bahwa beliaulah manusia yang pernah menerima tugas dan tanggung jawab yang paling besar yang telah diberikan Allah SWT kepada ummat manusia, sebagai pembawa Din dan sebagai contoh bagi ummat manusia sampai akhir jaman, sebagai rahmat bagi alam semesta, tentu satu tugas yang maha besar.
Beliau juga yang telah mencontohkan salah satu alat counter balance yang rutin belia lakukan, sholat tahajud (sholat malam). Sampai-sampai, Aisya pernah menyampaikan kepada beliau, bahwa bisakah intesitas sholat malamnya dikurangi, bukankah beliau sudah dijamin masuk surga dan sudah dijamin tanpa dosa. Namun apa jawab beliau, ”Ya Aisyah, apakah tidak pantas saya tergolong orang yang bersyukur”.

Kegiatan atau aktifitas yang membuat kondisi unbalance menjadi tinggi.
Bagi oarang-orang yang tidak memahami cara balancing yang tepat seperti disebutkan diatas, kadang kala mereka merespon kondisi unbalance tsb yang justru semakin meningkatkan kondisi unbalance pada dirinya. Misalnya, orang yang mendapatkan rezeki secara tiba-tiba, seringkali orang merespon kondisi senangnya (kondisi unbalancenya) dengan menghabiskan uang yang baru diterimanya dengan membeli barang mewah atau aktifitas hura-hura lainnya yang mana kegiatan tsb sebenarnya malah akan semakin menambah kondisi unbalancenya.
Saya ingat cerita ketika terjadi krismon tahun 1997 yang lalu, sebagian masyarakat kita di Sulawesi pada saat krismon itu terjadi - justru mendapatkan rejeki nomplok yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Para petani tambak udang mendapat rejeki nomplok dengan kenaikan nilai dollar karena produknya diexport ke jepang, demikian juga para petani coklat. Setelah mendapat rejeki yang tidak diduga-duga sebelumnya tsb, sebagian dari mereka langsung menunaikan ibadah haji, namun disamping naik haji juga mereka menghabiskan uangnya dengan membeli barang-barang lux yang sebenarnya tidak diperlukan, seperti membeli kulkas dimana didaerahnya belum ada aliran listrik, akibatnya kulkasnya hanya digunakan sebagai lemari pakaian. Sebagian membawa uang dalam karung ke show room mobil untuk membeli mobil baru. Malah ada yang terkena stres, datang dikebung coklatnya sambil nunjuk sana nunjuk sini sendirian. Inilah salah satu contoh cara merespon unbalance yang salah saat menerima kesenangan yang berlebih. Kalau sekarang, mungkin yang populer adalah lari ke narkoba dsb.
Jika cara merespon kondisi unbalance tidak tepat seperti disebutkan diatas dan berlangsung dalam waktu yang lama, puluhan tahun misalnya, maka walaupun kelihatan kecil (rasa senang karena menerima lembur, menerima bonus dan promosi jabatan atau sebaliknya menemui kegagalan dalam berkarier), akan menciptakan seseorang dengan kondisi unbalance yang cukup tinggi. Kondisi seperti ini akan sangat berisiko dan fatal akibatnya jiga terjadi dan dibawah sampai usia tua (masa pensiun misalnya), dimana pisiknya sudah tidak mampu menerima vibrasi yang tinggi. Dan mungkin inilah yang dialami oleh sebagian pensiunan kita dalam menjalani kehidupannya selama masih berstatus sebagai karyawan sampai memasuki masa pensiunnya.
Semoga kita yang masih berstatus sebagai karyawan (calon pensiunan) ini bisa membalance diri kita dengan tepat sampai kita memasuki masa pensiun dan sampai kita kembali ke sang Haliq Allah SWT dan semoga kita bisa melepaskan diri dari pengaruh kuat dari sistem materialisme yang telah mendompleng sangat kuat dibalik sistem industrialisasi dan modernisasi sekarang ini.

Mudah-mudahan renungan ini, sebagai satu bagian dari pertanggung jawaban bidang sosial dapat memberi manfaat, walaupun saya sangat berat menyampaikannya karena saya sendiri masih sangat jauh dari kondisi balance tsb. Tapi sekali lagi kita hanya berikhtiar, Allah jualah (Zat yang memiliki nama-nama indah) yang menentukannya.

Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. (QS. 91.9)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS. 3-185)


Wassalam.